Dance4Life: Embrio Pendidikan Kespro dalam Kurikulum Sekolah

Oleh : Herie Gunawan – Guru BK SMA N 12 Semarang

Program Dance4Life telah di selenggarakan pada 5 SMA di Wilayah Jawa Tengah dan beberapa bulan yang lalu juga difasilitasi secara penuh oleh PILAR PKBI Jawa Tengah. Sebagai sebuah program internasional yang hadir di Indonesia, nama Dance4Life bagi kebanyakan orang awam, termasuk penulis awalnya akan mengira hanya kegiatan menari bersama saja. Meski pemahaman awal tersebut tidak sepenuhnya salah, namun seiring dengan penjelasan yang disampaikan dan memahami substansi dari modul yang diberikan, ternyata program Dance4Life merupakan program yang terkonsep dengan baik dan mempunyai 4 tahapan inti.

Penggunaan angka 4 dalam Dance4Life, merupakan representasi dari empat tahapan kegiatan yakni mulai dari Inspire, Educate, Activate serta diakhiri dengan Celebrate. Pada tahap Inspire, remaja yang menjadi sasaran dalam hal ini adalah siswa di inspirasi melalui musik, tarian nasional, dan isu-isu seperti HIV-AIDS, kekerasan seksual, kehamilan tidak diinginkan dan infeksi menular seksual. Selanjutnya pada tahap Educate, siswa diberikan materi dan diajak berdiskusi mendalam melalui berbagai strategi interaktif sesuai dengan materinya, dalam tahap inilah penulis banyak terlibat. Tahap berikutnya adalah Activate dan Celebrate sebagai implementasi pemahaman dan perayaan akhir dari program.

Tantangan dalam pelaksanaan tahap “Educate” di SMAN 12 Semarang

Menjadi bagian dari implementor program Dance4Life bagi SMAN 12 Semarang adalah suatu berkah tersendiri. Hal ini tak lepas dari adanya kesamaan tujuan dan semangat untuk membekali remaja atau siswa dengan pemahaman yang benar terkait dengan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR). Namun demikian, bukan berarti dalam pelaksanaannya berjalan mulus tanpa kendala. Kendala terbesar bagi kami adalah berkaitan dengan waktu pelaksanaan tahap educate yang cukup membutuhkan waktu yang panjang padahal semua materi harus diberikan. Konsekuensi logisnya, adalah pengaturan jadwal dan fasilitator dikelola dan dilaksanakan secara penuh oleh Guru BK pengampu kelas X.

Modul Dance4Life yang dijadikan panduan pelaksanaan dalam tahap educate terdiri dari delapan materi yang tidak bisa dipisahkan dan sesuai dengan standar internasional yang tentunya merangkum kebutuhan anak muda. Tantangan sebagai fasilitator educate yang sejatinya harusnya dilakukan oleh relawan muda, akan tetapi dalam hal ini penulis sebagai guru yang harus menyampaikan adalah masih sulitnya memunculkan dinamika serta memunculan sikap keterbukaan siswa ketika membahas materi yang masih dianggap tabu oleh sebagian besar siswa.

Tantangan lain, adalah ketika materi yang dibahas kurang menarik minat siswa tapi tetap harus disampaikan, maka guru dalam hal ini sebagai fasilitator harus benar-benar jeli untuk mengaktifkan kelas serta menggunakan metode dan media yang tepat.

Keberlanjutan Program Dance4Life di Sekolah

Sejak awal, ketika mencermati materi-materi dalam modul Dance4Life, penulis berfikir bahwa materi-materi tersebut, selama ini sebagian besar sama dengan materi-materi yang disampaikan oleh Guru BK dalam layanan klasikal, hanya saja yang membedakan adalah kedalaman pembahasan materinya. Dengan adanya relevansi kesamaan materi di modul dan yang selama ini diberikan oleh Guru BK, maka perlu ditindaklanjuti secara serius oleh PILAR PKBI untuk memberikan rekomendasi kepada pemerintah terkait dengan kemungkinan dimasukkannya Pendidikan Kesehatan Reproduksi kedalam kurikulum di sekolah. Hal tersebut dimaksudkan, agar apa yang menjadi tujuan dari adanya program Dance4Life tidak berhenti, namun terus dapat dicapai meski akhirnya program Dance4Life sendiri sudah tidak ada.

Hal lain yang menarik dari pelaksanaan Dance4Life, khususnya di SMAN 12 Semarang adalah munculnya komunitas Dance4Life yang justru diprakarsai oleh para siswa setelah tahapan Celebrate disekolah dilombakan dalam event Class Meeting. Tidak berhenti sampai disitu saja, kelompok siswa kami juga mengikuti lomba Dance4Life ditingkat nasional dan berhasil keluar sebagai juara pertama. Tentu saja tidak terlepas dari bimbingan dari Guru BK dan fasilitator dari PILAR PKBI Jawa Tengah. Adanya hubungan yang saling mendukung dalam setiap kegiatan oleh dua Lembaga, yakni sekolah dan PILAR PKBI Jawa Tengah menjadi kekuatan tersendiri dalam menyiapkan generasi muda Indonesia yang berkualitas. Mengakhiri tulisan ini, penulis mewakili SMAN 12 Semarang, mengucapkan banyak terimakasih dan berharap dapat terus bekerjasama dengan PILAR PKBI Jawa tengah.

Leave A Comment