Oleh : Norma Indrayani – Guru BK MTsN 1 Semarang
Melihat fenomena remaja zaman now, memang sungguh mengkhawatirkan, terutama terkait pergaulan. Hal tersebut dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti tentang dampak dari pergaulan, diantaranya kekerasan seksual, hubungan seks berisiko, kehamilan tidak diinginkan, dan sebagainya. Permasalahan tentang pergaulan dipicu dari ketidakpahaman remaja tentang penghargaan dan mengenali dirinya sendiri.
Dari beberapa permasalahan pergaulan tersebut, sehingga memunculkan keprihatinan dari guru tentang pentingnya sebuah inovasi pembelajaran dan buku penunjang mengenai hal tersebut.
Pada awal tahun pembelajaran 2017/2018, dari Pilar PKBI mengajak kerjasama dengan MTsN 1 Semarang untuk mensosialisasikan modul SETARA. Kami diminta untuk menyampaikan modul SETARA dalam pembelajaran dan kami sebagai guru BK, telah diberi pelatihan untuk menyampaikan modul SETARA bagi kelas VII dan VIII, yang mana sekolah kami sering uji coba tentang implementasi modul SETARA. Untuk pelaksanaan dari program tersebut, harus ada kerjasama dengan Kepala MTs, Komite, Guru Mapel, Satpam, bahkan sampai karyawan sekolah. Karena diharapkan semua personil, tahu dan mendukung bahwasanya MTsN 1 Semarang mengimplementasikan modul SETARA.
Hal tersebut tidaklah mudah dan banyak rintangan yang kami temui, diantaranya dari pihak MTsN 1 Semarang dan orang tua siswa. Pada modul SETARA, permulaan, ada gambar organ reproduksi yang dianggap sekolah kami cukup vulgar dan kurang pas untuk siswa, karena siswa kami masih SMP/MTSs dan sekolah kami dengan basic agama yang kental. Hal tersebut kami sampaikan kepada pengurus dari Pilar PKBI dan itu sebagai perbaikan untuk evaluasi dari gambar pada modul. Dan dari orang tua , ada beberapa orang tua menemui kami (guru BK), yang mengatakan bahwa putrinya tidak boleh pacaran dan tidak boleh mengenal lawan jenis. Setelah kami menjelaskan, bahwa yang kami sampaikan adalah hal yang bersifat ilmiah dan penting untuk siswa yang berkaitan pemahaman siswa tentang arti pacaran yang sebenarnya. Dan itu memang harus kami sampaikan, karena saat guru BK menanyakan tentang siapa yang sudah pacaran, hampir setengah kelas mengacungkan jari. Sehingga perlu penjelasan dan rambu-rambu agar mereka bisa menentukan sikap, ketika mereka merasakan ketertarikan dengan lawan jenis. Setelah mendapat penjelasan dari kami, beberapa orang tua bisa menerima hal tersebut dan sangat berterimakasih, karena selama ini mereka beranggapan bahwa putra/purinya masih anak-anak dan belum saatnya untuk mengetahui hal tersebut.
Materi yang ada pada modul SETARA, sangat menarik dan kami diberi pelatihan metode dan variasi cara penyampaian kepada siswa yang inovatif. Sehingga siswa kami sangat senang untuk menerima materi yang kami sampaikan. Bahkan siswa mulai terbuka tentang apa yang mereka rasakan dan alami, terkait dengan perubahan fisik, psikis maupun sosialnya. Sehingga hal ini merupakan langkah preventif dalam penanggulangan masalah ramaja zaman now. Saat kami menjelaskan tentang perubahan pada diriku, remaja putra menjadi tahu tentang keluhan yang dialami remaja putri saat menstruasi dan reaksi dari remaja putra adalah empati dengan remaja putri.
Bekerjasama dengan Pilar sangat banyak sekali manfaatnya, untuk saya pribadi maupun madrasah. Saat itu saya diikutkan oleh Pilar ke Yogya untuk ikut pelatihan kekerasan sexual. Banyak sekali ilmu yang saya dapatkan dan kami terapkan di sekolah kami. Oleh – oleh materi tentang kekerasan seksual yang ada pada modul SETARA dan saat pelatihan, kami sosialisasikan ke siswa dan saat kami menyampaikan materi tersebut, ada seorang siswa yang menunjukkan jari dan mengatakan bahwa siswa tersebut pernah mengalami, seperti apa yang kami sampaikan. Selanjutnya siswa tersebut kami ajak ke ruang BK untuk menceritakan kejadian yang pernah dialaminya. Setelah itu, siswa kami menyampaikan permasalahannya, kemudian kami hubungi orang tuanya untuk mengetahui permasalahan putranya dan bersama dengan pihak sekolah mencarikan solusi yang tepat. Saat kami bertemu dengan orang tuanya, kami sampaikan permasalahan putranya dan orang tua sangat menyesal. Karena tidak tahu dan memang putranya pernah menyampaikan hal tersebut, tetapi orang tua tidak mempercayai apa yang disampaikan putranya.
Untuk penanganan selanjutnya, kami lakukan sesuai dengan ilmu yang kami terima selama pelatihan. Kami sangat terbantu sekali, bekerjasama dengan Pilar adalah membangun jejaring dengan lembaga terkait. Sehingga kami bisa membantu menyelesaikan permasalahan siswa dengan langkah yang tepat, yaitu kami tidak bisa bekerja sendiri, tapi kami membutuhkan jejaringan dengan lembaga lain.
Dari implementasi modul SETARA di sekolah kami, siswa menjadi terbuka dan tidak malu dengan kami selaku orang tua di sekolah, tentang permasalahan yang dialaminya. Sehingga kami selaku guru, bisa mengarahkan siswa kami untuk menjadi remaja yang bertanggungjawab.
Anita Rakhmi
Wow, luar biasa bunda Norma