Semarang (2/8) Sebanyak 25 guru dampingan PILAR PKBI Jawa Tengah (Jateng) nonton bareng film Dua Garis Biru. Film tersebut menceritakan pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi sejak dini. Kegiatan bertujuan agar guru-guru memiliki komitmen semakin kuat untuk menjadi penggerak isu yang tabu di Indonesia.
“Nobar dan diskusi film diadakan untuk mendorong semangat para guru untuk konsisten menyampakain pendidikan kesehatan reproduksi”, ujar Ika Nindyas Ranitadewi, Koordinator PILAR saat diskusi.
PILAR sendiri memiliki tiga program edukasi yang melibatkan pendidik formal, yakni Program You And Me (Pendidikan Anak Usia Dini), Dance4Life (Sekolah Menengah Atas/Kejuruan), dan SETARA “Semangat Dunia Remaja” (Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah). Guru-guru yang hadir merupakan guru-guru dari perwakilan sekolah dari berbagai titik di Kota Semarang. Adapun PAUD Taman Belia Candi, PAUD Anak Bangsa III, SMKN 9, SMAN 15, SMAN 12, SMAN 8, SMK Texmaco, serta SMPN 22, 28, dan 29, MTsN 1 Semarang.
Film Dua Garis Biru merupakan garapan sutradara muda Gina S. Noer. Bukan nama yang asing di kalangan pecinta film Indonesia, tetapi kariernya sebagai penulis skenario sekaligus sutradara film panjang baru saja dimulai melalui film Dua Garis Biru yang tayang sejak 11 Juli 2019 lalu. Prestasi Dua Garis Biru mampu meraih lebih dari 1 juta penonton selama sepekan penayangannya.
Film yang ditujukan untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya pemenuhan hak kesehatan reproduksi dan seksualitas (HKSR), khususnya remaja. Tak hanya itu, banyak pesan lain yang tak kalah penting yang dihadirkan secara implisit dalam film. Gina sukses menghadirkan film penuh makna dengan detail-detail yang jenius.
“Saya merasa diaduk-aduk perasaannya. Awalnya saya tidak nonton segera karena sudah diceritakan oleh anak saya sendiri, kemudian hari ini berkesempatan nonton. Ternyata filmnya berhasil membuat saya menangis, karena banyak pelajaran di dalamnya”, tanggapan Ibu Anita, sebagai guru bimbingan konseling SMPN 22 Semarang.
Salah satu dialog paling berkesan yang dibahas dalam diskusi, yakni dialog antara Sang Ibu (Cut Mini) dengan Bima (Angga Yunanda) yang merupakan pemeran utama laki-laki.
“Nak, padahal kamu dulu, kalau ada tontonan ciuman di TV, kamu udah langsung Ibu tegur dan larang”, ujar Ibu.
“Lah, emang dulu Ibu dengan ayah bisa ciuman karena sering nonton adegan ciuman?”, timpal Bima.
“Hm..”, helaan nafas Ibu.
“Makanya Bu, sepertinya kita harus banyak ngobrol kayak gini ya Bu”, jawab Bima.
Momen tersebut dinilai sangat apik dalam kegiatan diskusi film. “Seringkali orang tua tidak menyediakan waktu luang untuk ngobrol yang nyaman. 7 tahun kedua adalah tahapan pengasuhan dimana anak dianggap sebagai sosok teman. Hal ini berdampak terhadap keterbukaan anak untuk cerita-cerita masalahnya tanpa takut sedikitpun”, ulas Bunda Citra, Kepala PAUD Taman Belia Candi.
Penulis : Rosta Rosalina
Anita Rakhmi
Film yang bagus, apalagi temen nontonnya oke punya