Jangan Remehkan Efek Kekerasan pada Anak, Bisa Berlanjut hingga Dewasa

Jangan normalisasi kekerasan | Photo by Karolina Grabowska from Pexels

Keluarga adalah bentuk kasih sayang yang utama dan paling tulus diantara apapun. Anak adalah buah cinta yang sudah seharusnya mendapatkan kasih sayang dari orangtua serta orang-orang disekitarnya. Karena masa kecil merupakan masa yang paling berharga dimana seorang anak mampu merekam apa saja yang dilakukan di alami bahkan yang dilihatnya. Namun, tidak jarang pula seorang anak mengalami kekerasan yang terjadi atau menimpa pada dirinya. Terkadang orang tua melakukan kekerasan dimulai dari hal yang sepele namun berpengaruh sekali pada mentalnya contohnya membentak. Bahkan sampai pada kekerasan fisik yang bersifat siksaan. Anak yang masih murni dan tidak berdosa itu harus menerima siksaan dan  menderita karena perlakuan kasar orang tuanya.

Sebuah kekerasan pada anak biasanya terjadi karena anak berbuat salah atau melakukan hal yang tidak disukai, baik guru dan orangtua kerap memarahi, membentak sampai membandingkan anak tersebut dengan anak lain. Hal itu sebenarnya tidak baik dilakukan karena bisa mempengaruhi anak tersebut merasa paling rendah daripada anak lain. Walaupun orang tua memarahi atau membentak itu bertujuan untuk memberi peringatan atau hanya memberitahu konsekuensi jika melakukan suatu hal tersebut.

Namun, seharusnya orang tua bisa mengontrol emosi kepada anaknya, karena bagaimanapun anak adalah buah hati mereka, mereka juga mempunyai rasa dan sakit hati yang mungkin jika terluka maka akan berefek pada hari kemudiannya.

Seperti yang dikatakan oleh Anita Lie dalam Suyanto bahwa kekerasan adalah suatu perilaku yang disengaja oleh seorang individu pada individu lain dan memungkinkan menyebabkan kerugian fisik dan psikologi. Kekerasan pada anak adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh individu, institusi atau suatu proses yang secara langsung depan keselamatan dan kesehatan mereka ke arah perkembangan kedewasaan. (Nur’aeni, 2017)

Kekerasan tidak selalu berhubungan dari kejahatan di luar rumah saja, namun kekerasan juga bisa berasal dari orang terdekat bahkan orang yang kita sayangi. Biasanya kekerasan yang berasal dari orangtua atau orang terdekat mempunyai beberapa faktor. Faktornya yaitu :

  1. Anak menderita gangguan perkembangan atau gangguan fisik atau yang lain sebagainya.

Biasanya hal ini memicu kekerasan orang tua kepada anak, karena anak tidak normal dan tidak seperti anak pada umumnya. Serta biasanya orang tua yang tidak bisa menerima anaknya akan memicu dan terjadi kekerasan pada anak tersebut.

  • Dari orang tua anak itu sendiri

Biasanya hal ini berhubungan dengan bagaimana orang tua mendidik anak-anak mereka. jika sudah terbiasa mendidik dengan kekerasan maka orang tua merasa tidak keberatan jika melakukan kekerasan terhadap anaknya.

  • Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan yang buruk juga menyebabkan kekerasan terhadap anak.

  • Budaya

Budaya yang masih mempercayai dan menganut praktek-praktek dengan pemikiran bahwa status anak yang dipandang rendah sehingga ketika anak dapat memenuhi harapan orang tua maka anak harus dihukum.

Faktor di atas adalah faktor yang dapat terjadinya kekerasan orang tua terhadap anak. Namun apa bentuk kekerasan tersebut?

Kekerasan ada beberapa bentuk yaitu kekerasan fisik dan kekerasan psikis. Menurut Suyanto pada jurnalnya Sandhi Pradhitama mengemukakan bahwa :

“Bentuk kekerasan terhadap anak, yaitu : (1) kekerasan fisik, bentuk ini paling mudah dikenali. Korban kekerasan jenis ini biasanya tampak secara langsung pada fisik korban seperti; luka memar, berdarah, dan bentuk lain yang kondisinya lebih berat. (2) Kekerasan Psikis, bentuk ini tidak begitu mudah dikenali. Wujud dari kekerasan ini bisa berupa kata – kata kasar, ejekan, mempermalukan, dan sebagainya. Dampak kekerasan jenis ini akan berpengaruh pada situasi perasaan yang tidak aman dan nyaman, minder, lemah dalam mengambil keputusan, dan bahkan menurunnya harga diri serta martabat korban. (3) Kekerasan seksual, termasuk dalam kategori ini adalah segala tindakan yang muncul dalam bentuk paksaan untuk melakukan hubungan seksual”. (Budiarti Atik Catur., Sandhi., Nurhadi.)

Dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa kekerasan orang tua kepada anak bisa mengganggu psikis nya dan bisa mengganggu mental perkembangan pada anak tersebut. Dan bisa juga anak yang mengalami kekerasan itu merasa minder terhadap temannya dan kelak jika sudah dewasa akan lebih berani kepada orang tua mereka dan cenderung tidak menghormati orang tua mereka sendiri karena mereka berpikir bahwa mereka sudah diperlakukan keras oleh mereka dan mengapa harus menghormati kalian.

Maka dari itu, sayangilah anak-anak an jangan sekali sekali lakukan kekerasan yang artinya aka nada efek dalam kekerasan tersebut. Cukup dengan simbol marah saja jika memang sedang marah terhadap anak. Karena anak mempunyai memori yang yang lebih kuat merakam apa yang terjadi pada dirinya. Maka sesuatu yang mereka alami pada saat dia masih kecil akan terngiang pada saat dewasa.

Sumber :

Budiarti Atik Catur., Sandhi., Nurhadi. . (n.d.). kekerasan terhadap anak dalam keluarga perspektif fakta sosial .

Nur’aeni. (2017, Desember ). KEKERASAN ORANG TUA PADA ANAK. jurnal pendidikan anak usia dini. , 2(2).

Penulis: Lia Oktafiyani Editor: Zunari Hamro, Nur Wulan Nugrahani (Pilar PKBI Jawa Tengah)

Leave A Comment