Pendidikan Kespro itu Penting | Ilustrasi Sex Education from Netflix.com
Hai, Sahabat PILAR. Kalian sering dengar pertanyaan-pertanyaan ini kayak ini nggak?
“Kamu SMA jurusannya IPS ya?”,
“Pasti nggak bisa masuk IPA ya?”,
“Jadinya masuk ke IPS”,
“Terkenal jadi tukang buat onar ya?”,
“Emang paham soal pendidikan kespro?”
Apa yang ada di benak kalian ketika mendengar pertanyaan seperti itu? Pasti sebagian besar diantara kalian berpikir bahwa anak-anak di jurusan IPS akan sulit memahami mengenai pendidikan kespro karena anak IPS dianggap lebih fokus ke ilmu-ilmu yang berbau sosiologi, sejarah, ekonomi, maupun geografi. Padahal belum tentu looo. Selain itu, stereotipe tentang anak IPS yang dicap sebagai anak buangan karena tidak dapat masuk di jurusan IPA, tukang pembuat onar dan tidak tahu aturan seolah-olah membuat mereka menjadi siswa yang tidak pandai.
Mengenai pendidikan kesehatan reproduksi seharusnya kita tidak boleh langsung men-judge bahwa jurusan IPS itu nggak akan paham tentang materi tersebut. Nyatanya nggak semua anak-anak di Jurusan IPS seperti itu. Ada nih penelitian yang dilakukan oleh Wiwik Afridah dan Ratna Fajriani mengenai pemahaman siswa terhadap Kesehatan Reproduksi dan Penyakit Menular Seksual di salah satu SMA di Kota Gresik pada tahun 2017. Responden dalam penelitian ini adalah 33 siswa kelas X, 26 siswa kelas XI serta 29 siswa kelas XII dimana total keseluruhan responden sebanyak 88 siswa dan berasal dari jurusan IPS. Selanjutnya, kita lihat hasilnya yak, nah berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemahaman siswa kelas X sebesar 63,64%, kelas XI sebesar 73,08%, dan kelas X11 58, 62%. Dari hasil tersebut kita bisa tahu bahwa sebagian besar siswa sudah cukup memahami terkait Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Penyakit Menular Seksual. Namun tidak dapat dipungkiri juga bahwa perlu adanya peningkatan peran guru dan orang tua agar para siswa dapat memahami pendidikan kespro baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah.
Pernah ada cerita menarik tentang stereotipe terhadap anak IPS. Cerita ini berasal dari sudut pandang Rara (bukan nama sebenarnya), seorang anak remaja yang melakukan konseling permasalahan kesehatan reproduksinya, yakni mengenai menstruasi, keputihan hingga hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan meskipun dia tidak hamil. Konseling ini dilakukan di salah satu Puskesmas dekat tempat tinggalnya. ini sedikit cuplikan ceritanya, guys.
“Jadi gini, kan aku ada masalah tentang menstruasi dan keputihan. Aku mau tanya ke ortu malu, mau browsing juga takut kalo nggak bener. Ya udah deh. akhirnya, aku mutusin buat konsul aja ke Puskesmas di deket rumahku. Sebenernya aku juga cuman iseng – iseng aja sih browsing tentang pelayanan konseling ini. Selama proses konseling aku merasa senang dan nyaman dengan jawaban ibu bidan, tapi ada beberapa pertanyaan dari si ibu yang mungkin sebenarnya akan memberikan edukasi tetapi malah bikin aku agak baper. Pertanyaan itu adalah mengenai jurusanku saat SMA, dan aku menjawab jurusan IPS (Disini aku berbohong karena sebenarnya jurusanku adalah IPA). Setelah mendengar itu si ibu hanya merespon “Oh, pantes”. Disini aku menyimpulkan dari sudut pandangku bahwa si Ibu berpikiran bahwa jurusan saat SMA itu berpengaruh terhadap pengetahuan kespro padahal sebenarnya tidak seperti itu, karena pengetahuan itu tergantung dari diri individu masing-masing. Tapi memang selama melakukan konseling aku pura – pura nggak tahu apa-apa. Supaya aku bisa mengetahui respon si Ibu.
Berkaca pada kasus si Rara, ternyata masih ada orang – orang yang beranggapan negatif dan menganggap rendah kemampuan anak jurusan IPS. Padahal sebenarnya semua jurusan itu sama saja, baik IPA, IPS, maupun Bahasa itu sama-sama baik. Tergantung bagaimana individunya masing-masing. So, don’t judge people by its cover!
Penulis : Clara Mega Utami (Universitas Negeri Sebelas Maret)
Editor : Zunari Hamro, Nur Wulan Nugrahani (Pilar PKBI Jawa Tengah)