Hubungan Kok Tidak Menghubungkan?

Seharusnya saling mendukung | Photo by Pixabay from Pexels

Hallo, Sahabat PILAR! Selamat beraktivitas ya, atau mungkin lagi weekend? Baiklah, everything will be ok yah, guys. Oh ya, ngomongin soal judul kok bisa sih hubungan tetapi tidak menghubungkan? Oke, kali ini izinkan saya akan menyampaikan hal tersebut yah.

Nah, kenapa sih kok hubungan bisa tidak menghubungkan? Ada apa yah di dalam sebuah hubungan tersebut? Gini guys, ternyata yang membuat tidak menghubungkan itu adanya toxic relationship. Tahu gak ya kira-kira apa sih toxic relationship itu? Toxic relationship merupakan sebuah hubungan yang sering diwarnai kecemburuan, tidak ada kehangatan emosional, kurangnya kualitas hubungan yang erat, pelecehan seksual, penyiksaan secara verbal, ancaman, dusta (Anderson, 2006). Jadi, kita ketahui toxic relationship sangat menyakitkan ya, guys?

Jadi guys, toxic relationship ini juga masuk dalam KDP (Kekerasan Dalam Pacaran). Berdasarkan situs daring Komnas Perempuan Indonesia, KDP atau Kekerasan dalam pacaran merupakan kekerasan terbanyak kedua setelah kekerasan terhadap istri dalam ranah KDRT dan Relasi Personal. Kekerasan dalam pacaran adalah ditemukannya pola perilaku yang tidak menyenangkan, kasar, dan digunakan untuk mengerahkan kekuasaan dan kontrol atas pasangan (Nurherwati, 2018).

Btw, soal toxic relationship ini, aku ingin bercerita tentang temanku yang mengalami hal yang tersebut. Cerita ini sebenarnya sudah lama yaitu saat temanku duduk di bangku SMA. Nah, kebetulan temanku ini sering curhat kepadaku. Jadi ceritanya temanku ini cewe berinisial “F” sudah berpacaran dengan seorang cowok berinisial “T” yang sudah berjalan 1 tahun. Tetapi berjalannya hubungan itu temanku si cewe berinisial “F” ini tidak merasa baik-baik saja. Saat awal berpacaran masih terlihat tidak ada masalah, tetapi saat memasuki hubungan berpacaran 8 bulan ini, si cewe merasa selalu diancam dan mendapat kekerasan baik segi fisik maupun dari segi ucapan. Mengapa si cowok melakukan hal tersebut kepada si cewek? Hal itu dikarenakan, si cowok sangat posesif sekali dan tidak mengizinkan si cewek berteman dengan laki-laki lain, tidak boleh berkomunikasi bahkan dilarang bermain juga.

Suatu ketika, si cewek ini mendapat tugas kelompok. Pasti kalian tahu kan guys kalo tugas kelompok itu pasti ada teman laki-lakinya? Nah, si cewe temanku ini sudah meminta izin ke si cowo saat mau mengerjakan tugas kelompok, tetapi tidak bilang jika disitu ada beberapa teman laki-lakinya. Tetapi, si cowok ini tidak percaya lalu menelepon si cewek berkali-kali. Otomatis si cewe temanku ini kebingungan antara mengangkat telepon atau tidak. Tetapi jika diangkat pasti si cowok akan tahu keberadaannya dan marah, jika tidak diangkat akan membuat si cowok makin curiga.

Akhirnya, temanku si cewek ini memilih mengangkat telepon dan keesokan harinya terjadilah sesuatu dimana temanku ini merasa sangat tidak dihargai, temanku si cewe ini dimarahi habis-habisan dan ditampar. Si cewek menangis, dan dari kejadian itu temanku si cewek ingin memutuskan hubungan karena dirasa hal itu sudah tidak keterlaluan dan jika hubungan dilanjutkan sepertinya semakin tidak membaik. Tetapi temanku si cewe ni tidak bisa memutuskan begitu saja, karena mendapat sebuah ancaman dari si cowok yang membuat temanku ini takut jika memutuskan.

Seiring berjalannya waktu, akhirnya temanku si cewek ini bisa memutuskan si cowok itu tetapi si cowok minta tebusan uang kalau mau putus. Nah, sebisa mungkin temanku si cewek ini berusaha gitu deh, pokoknya supaya bisa putus dari si cowok tersebut. Daripada hubungan dilanjutkan tetapi menyakitkan bahkan tidak bisa dikatakan lagi menghubungkan? Kan kasian guys, perilaku si cowok tersebut selain menyakiti diri si cewek juga dapat merusak mental.

Nah guys, jadi menurut kalian gimana soal hubungan yang tidak menghubungkan lagi karena adanya toxic relationship? Masih ingin berlanjut karena sayang dan takut kehilangan, atau lebih baik segera diputuskan dan berpikir risiko apa nantinya jika di dalam sebuah hubungan ada toxic relationship? bahkan harapannya jika bisa memutuskan untuk segera move on yah guys dan mengubah dunia kalian menjadi lebih baik pada kenyataan, bukan seperti di film-film drama melulu hehehe.

Sebelum aku akhiri tulisan ini, ada beberapa tips nih guys untuk menghindari toxic relationship:

  1. Padamkan ‘api’ sebelum menjadi besar. Ambil waktu untuk bicara, berikan persepsi masing-masing, dan buat solusinya.
  2. Tetap fokus pada masalah bukan pada orangnya.
  3. Tetapkan hati untuk melihat perubahan. Jangan pernah menyerah untuk melakukan perubahan yang baik dalam sebuah hubungan walaupun butuh waktu yang lama. Ketika kamu merubah caramu merespon, bisa jadi pasanganmu merubah respon dia kepadamu.
  4. Butuh time Out. Ketika kita sudah merasa jenuh luar biasa, ada baiknya ambil waktu sendiri, pulang kerumah orang tua, setelah cooling down baru diselesaikan lagi.

Oke. Sahabat PILAR, cukup sampai sini dulu yah semoga sedikit cerita di atas bermanfaat untuk teman-teman semua dan bisa mengambil pilihan yang bijak jika teman-teman berada di dalam hubungan diambang toxic relationship. Mohon maaf apabila ada yang tidak dipahami dan banyak kekurangan dalam menulis, see ya! ☺.

Penulis :  Sonia Okta Alfira (UIN Walisongo Semarang)

Editor : Zunari Hamro, Nur Wulan Nugrahani (Pilar PKBI Jawa Tengah)

Referensi:       Anderson, E.T. & McFarlane, J. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori dan Praktek. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Martin, Dio A. Dalam http://www.mindwebway.com/?p=1065 diakses pada tanggal 8 Februari 2020 pukul 17.05 WIB.

Nurherwati, Sri. Kekerasan Dalam Pacaran Dapat Berlanjut Pada KDRT. Dalam Jurnal Perempuan Untuk Pencerahan dan Kesetaraan. Diakses pada tanggal 11 Februari 2020 pukul 12.04 WIB.

Leave A Comment