Hai, salam hangat dan semoga sehat selalu untuk siapapun yang membaca cerita ini.
Perkenalkan nama saya Syifa Ayyada Jannati. Usia saya sekarang 22 tahun dan saya berasal dari Semarang. Saat ini saya sedang mengerjakan tugas akhir untuk menyelesaikan studi saya di Universitas Islam Negeri Walisongo dalam program studi Sosiologi. Selain kuliah, hampir 2 tahun belakangan ini saya memutuskan untuk bergabung di Youth Center PILAR PKBI Jawa Tengah sebagai relawan. Banyak kegiatan menarik dan benar-benar baru bagi saya setelah bergabung di PILAR diantaranya adalah Pendidikan Kesehatan Reproduksi, bertemu banyak teman baru mulai dari siswa-siswi SMP/MTS, SMA/K sampai teman-teman Karang Taruna dan organisasi remaja lain yang bermitra dengan PILAR. Masih seputar pendidikan kesehatan reproduksi, salah satu hal yang menarik bagi saya adalah ketika menjadi Champion4Life (sebutan untuk fasilitator program Dance4Life untuk remaja SMA/K).
Menjadi Champion4Life merupakan satu pengalaman terbaik yang pernah saya alami dalam kehidupan saya. Bagaimana tidak? Saya dan teman-teman Champion4Life lain dilatih untuk menyampaikan materi yang masih dianggap tabu dan seram oleh masyarakat sekitar sehingga pada percakapan umum pembahasan terkait seksualitas selalu dihindari. Champion4Life dilatih untuk sedikit membuka mata masyarakat sekitar bahwa seksualitas adalah sesuatu hal yang jika diabaikan penyampaiannya secara komprehensif akan menjadi lebih berbahaya. Niat mulia tersebut diawali dengan penyampaian yang asik dengan metode yang menarik dan “anak muda banget” untuk remaja tingkat SMA/K. Kami para Champion4Life menggali banyak hal dari siswa-siswi tersebut seputar pengalaman mereka terkait Kesehatan reproduksi dan seksualitas.
Hemm….. jadi yang selama ini kewajiban mengerjakan pekerjaan rumah yang sudah dianggap lazim dilakukan oleh perempuan itu termasuk bias gender to, ya karena sebenarnya pekerjaan rumah bisa dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Pada saat memfasilitasi Agent4Change (sebutan untuk siswa-siswi yang menerima materi Journey4Life) saya mendapatkan beberapa temuan menarik seperti laki-laki tidak canggung membantu ibunya menggoreng bakwan dan pisang goreng untuk dijual, perempuan yang sering membantu ayahnya membetulkan genteng, dan masih banyak lagi cerita dari Agent4Change yang didapat selama fasilitasi berlangsung.
Menghadapi teman-teman remaja atau bersosialisasi dengan Champion4Life lain selama proses belajar Journey4Life membawa beberapa perubahan pada kepribadian saya. Yang pertama adalah terkait mengendalikan emosi. Saya adalah orang yang setiap kali ada sesuatu hal yang tidak sesuai dengan keinginan saya, atau seseorang yang menjengkelkan, saya sering lepas kendali dengan berteriak marah atau langsung pergi dan menangis. Tapi tidak untuk sekarang. Menarik nafas panjang adalah cara saya untuk menenangkan diri saya ketika ada Agent4Change yang bandel atau teman Champion4Life yang tidak bisa diajak kerjasama dan lebih banyak memilih diam. Namun ketika hal tersebut terjadi ketika implementasi berlangsung, saya akan diam sejenak kemudian menarik nafas panjang, dan tersenyum kembali. Mungkin bagi teman-teman yang membaca hal ini terkesan simpel dan sepele. Tapi bagi saya hal ini adalah sebuah pencapaian. Karena nantinya, kemampuan mengendalikan emosi akan sangat dibutuhkan ketika sudah terjun ke lingkungan masyarakat yang lebih luas.
Bergabung di PILAR, bertemu banyak orang juga membuat saya lebih bijak dalam menghadapi perbedaan. Seringkali saya ketika menemui orang lain yang berbeda pendapat atau sekiranya melenceng jauh dari apa yang saya yakini, saya akan langsung memandang aneh padanya. Namun, sekarang ketika menemukan fenomena aneh di sekitar saya, atau pendapat teman lain yang terkesan tidak sesuai dengan nilai yang saya yakini, otomatis otak saya akan mengeluarkan kata-kata yang menggema di kepala saya “Sudah, mungkin emang dia belajarnya seperti itu. Tiap orang ngga bisa kalo harus sama kaya apa yang kamu pengen. Tuhan itu kreatif, semesta itu unik, manusia nya otomatis bakal beda-beda. Udah nggak usah emosi”. Bahkan terkadang ketika menemukan pandangan yang berbeda saya tertarik untuk tau lebih jauh pemikiran orang tersebut. Terkadang aja sih, selebihnya males aja. Haha. Nah, tidak langsung menghakimi orang dari sikap atau pemikirannya adalah efek dari “antena” kepekaan saya pada isu kesehatan mental. Dance4Life ini menyampaikan pendidikan reproduksi dan seksualitas secara menyeluruh, termasuk layanan kesehatan. Teman-teman Champion4Life secara tidak langsung juga harus memiliki pandangan yang terbuka terkait kesehatan mental. Agent4Change yang rata-rata masih berusia 15-17 tahun sedang berada di masa peralihan dan mudah terserang “galau”. Champion4Life juga harus siap jika sewaktu-waktu salah satu Agent4Change menghampiri untuk curhat. Hal ini juga yang terjadi pada saya. Beberapa gangguan psikis ada pada seseorang bukan untuk dihakimi, melainkan untuk bersama-sama didampingi agar orang tersebut tidak terjebak di situasi yang salah seperti keinginan untuk mengakhiri hidupnya.
Yang terakhir, lingkungan pertemanan antar Champion4Life adalah lingkungan yang positif dan inspiratif. Beberapa kali ketika terlibat obrolan dengan mereka saya terinspirasi untuk menata impian saya dan langkah-langkah apa saja yang akan saya lakukan. Ya bisa dibilang jadi agak sistematis. Masih agak loh ya. Semoga semakin baik untuk kedepannya.
Saya rasa cukup untuk cerita perubahan saya kali ini. Sebenarnya masih banyak hal lain yang berubah, namun yang paling saya rasakan adalah apa yang sudah saya tuliskan di atas. Kiranya sekian, terimakasih sudah membaca. Semoga sehat dan Tuhan selalu terberkati setiap perjalanan hidup teman-teman pembaca.
Terimakasih PILAR. Terimakasih Dance4Life.
Penulis : Syifa Ayyada Jannati (Champion4Life Pilar PKBI Jateng)
Editor : Nur Wulan Nugrahani (Media Development Pilar PKBI Jateng)