Perlukah Resolusi Tahun Baru?

Angka terus bergerak, kalender baru telah dipajang. Tiada lagi api bermekaran di awang-awang yang diiringi dengan hitungan detik 3…2…1…

Suasana pergantian tahun kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena adanya pandemi COVID-19. Pergantian tahun selalu menyisakan histori bagi setiap orang sebagai bentuk ucapan rasa syukur, motivasi-motivasi diikuti dengan resolusi-resolusi menyambut tahun baru bertaburan memenuhi beranda sosial media. Ungkapan resolusi yang tersebar seperti New Year, New Me. Kata yang tidak lagi asing di telinga para remaja, hal ini memunculkan pertanyaan, apa itu New Year, New Me? Jika diartikan dalam Bahasa Indonesia berarti Tahun Baru, Aku Baru. Aku Baru? Maksudnya gimana, sih?

Ungkapan New Year, New Me dapat diartikan bahwa tahun baru maka terbentuk pribadi yang baru. Bagaimana membentuk pribadi yang baru? Dengan membuat resolusi, dimana resolusi ini menjadikan diri lebih baik lagi dari sebelumnya. Tentu manusia selalu berharap menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Lalu, perlukah resolusi di awal tahun? Membuat resolusi tidak harus di awal tahun. Kamu dapat membuat resolusi kapan pun, secepatnya, bahkan setelah kamu membaca artikel ini. Resolusi itu seperti apa? Resolusi berupa harapan-harapan yang ingin kamu capai, atau bisa disebut tujuan/goals hidup. Tentu kamu hidup di dunia ini punya tujuan dan harus punya tujuan. 

Manusia harus memiliki resolusi, dimana resolusi ini dapat mengubah diri seseorang menjadi lebih baik lagi dan memiliki semangat hidup terus menerus. Berdasarkan temuan dari Baseline Global Early Adolescent Study (GEAS) di Semarang tahun 2019 pada remaja SMP, hanya 35% remaja yang sudah merencanakan tujuan hidup ke depan (Wilopo, 2020). Bisa dibilang angka yang rendah dan mengkhawatirkan. Padahal sebaiknya remaja mampu membuat rencana sejak dini karena hidup adalah tentang bagaimana manusia berproses menjadi sesuatu yang ingin dicapai. 

Harapan yang dibangun harus disertai dengan rancangan atau rencana bagaimana untuk mencapai harapan tersebut. Dalam membuat rencana, hal pertama yang dapat dilakukan adalah dengan menulis semua tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Menulis merupakan salah satu strategi untuk mengingat. Kamu dapat membaca kembali tulisanmu ketika kamu lupa. Tulisan-tulisan ini akan membantu untuk mengingat tujuan hidup dan sebagai kontrol diri dalam mencapai harapan-harapanmu. Sudahkah kamu menulis harapanmu?

Kemudian, membuat rencana jangka pendek dan jangka panjang yang ingin dicapai. Buatlah target dalam skala kecil terlebih dahulu untuk membiasakan diri. Contoh, kamu ingin menjadi penulis yang hebat. Hal pertama yang mungkin bisa dilakukan adalah dengan disiplin menulis setiap hari setidaknya dengan durasi 30 menit. Hal ini akan melatih diri dan dapat mengembangkan skill dalam menulis. Ketika membuat rencana, hal yang perlu diperhatikan juga adalah skala prioritas. Kamu harus mampu membedakan mana yang penting dan mana yang mendesak. Skala prioritas ini dapat digunakan untuk menentukan rencana jangka pendek dan jangka panjang.

Melatih dengan membuat rencana-rencana kecil, seperti tabel to do list setiap pagi atau hal-hal yang ingin dicapai dalam satu hari tersebut. Ini juga melatih diri untuk lebih produktif. Kemenangan-kemenangan kecil datang ketika target dalam satu hari tersebut dapat tercapai. Kebiasaan-kebiasaan kecil yang rutin dilakukan akan menciptakan manfaat besar suatu hari nanti. Kuncinya adalah disiplin dan konsisten dengan apa yang ingin digapai. Yakinkan diri bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk meraih tujuan hidup. Maka, dirimu yang sekarang berbeda dengan dirimu di tahun lalu. New Year, New Me. 

Referensi:

Wilopo, Siswanto Agus dkk. 2020. Kesehatan Remaja Awal di Kota Semarang: Temuan dari GEAS-Indonesia Baseline 2019. Yogyakarta: Center for Reproductive Health, UGM Faculty of Medicine, Public Health and Nursing.

Penulis: Ayu Widya Anggraini (Universitas Sebelas Maret)

Editor: Chusnul Talata dan Nur Wulan Nugrahani (PILAR PKBI Jawa Tengah)

Leave A Comment