Menstruasi itu normal dan wajar, tapi kok masih malu buat nyebutnya? Nyatanya, stigma menstruasi dianggap tabu masih melekat di sekitar kita, loh Jadi, banyak perempuan yang memilih merahasiakan menstruasinya dari orang sekitar. Dan ternyata, hal tersebut juga banyak dialami remaja perempuan,baik yang telah menstruasi atau baru awal mentruasi, hal itu juga didukung oleh hasil penelitian Global Early Adolescent Study (GEAS) tahun 2019-2020 di Kota Semarang, bahwa ada sekitar 57,2 % remaja yang masih merasa penting untuk merahasiakan menstruasi. Coba kalian cek deh, sebagai contohnya nih, masih banyak yang menganggap menstruasi itu darah kotor, masih merasa malu dan lebih memilih menyembunyikan pembalut di saku atau tas, menyebut kata “menstruasi” dengan kode kata “lagi libur” atau menyebut kata “pembalut” dengan kode kata “roti”. Belum cukup disitu saja, remaja perempuan juga harus menghadapi sikap intimidasi saat menstruasi, misalnya ketika kita mengalami bocor atau tembus saat menstruasi, masih ada beberapa teman kita yang mengejek dan membicarakan kita, dan sebagian juga merasa jijik ketika melihat hal itu. Selain itu, anggapan kalo menstruasi hanya urusan perempuan saja, laki-laki tak perlu tau. Itulah mengapa setiap 28 Mei diperingati sebagai Hari Kebersihan Menstruasi (menstrual hygiene day) agar semua orang, sadar dan tidak menyepelekan terkait menstruasi.
Stigma terhadap perempuan yang menstruasi perlu diluruskan, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengatasi stigma di sekitar lingkungan kita.
- Mulai biasakan untuk tidak malu menyebut “menstruasi” atau sejenisnya.
Sering banget, menyebut “menstruasi” dengan kode kata “lagi libur” atau bilang “mens atau dapet (datang bulan)” sambil bisik-bisik ke temen dekat apalagi pas ambil pembalut harus sembunyi-sembunyi karena malu. Yap, perlu dari diri sendiri menyadari bahwa menstruasi itu normal dan wajar bukan suatu hal yang berbau porno, cabul dan tabu. Kalian perlu biasakan menyebut “menstruasi” ke teman dekat, keluarga, ataupun kerabat dengan santai tanpa malu tapi tentunya tetap sopan. Lama- kelamaan, sekitarmu akan dapat menerima dan menganggap itu wajar, bukan lagi hal memalu dan tabu, kok.
2.Cari tahu dan sebarkan pengetahuanmu tentang fakta menstruasi ke sekitarmu.
Saking malunya, kita lebih memilih untuk memendam atau merahasiakan menstruasi kita dari orang lain daripada harus bertanya ke ahli dan paling mentok, bertanya ke ibu atau teman dan searching google. Entah darimana sumbernya, entah fakta atau mitos, atau entah tau itu benar atau salah. Terlepas dari semua itu, kita menerima mentah-mentah karena ketidaktauan dan belum teredukasi dengan Kespro, tanpa cek and recheck langsung dari dokter ahlinya, atau dari pusat informasi terpecaya terkait itu,
Nah, sebaiknya cari informasi terkait fakta menstruasi langsung dari dokter ahli, baik langsung ke klinik atau bisa melalui online seperti Halodoc, SehatQ, Hallo Sehat, dan layanan sejenisnya. Kalo merasa belum berani atau malu, kalian bisa kok konsultasi sobat sambat di Youth Center Pilar PKBI baik offline ataupun online. Dan masih banyak juga media digital yang aktif membahas dan menyuarakan terkait Pendidikan Kespro lewat media social seperti Tabu.id, UNALA Youth, DokterGenZ, Berani Berencana dan masih banyak lagi. Setelah, cari dan paham terkait fakta menstruasi tersebut, kalian bisa sharing atau ceritakan kembali ke teman dekat, keluarga dan kerabat kalian agar mereka paham fakta seputar menstruasi, bukan cuman sekedar “kayaknya” atau malah mempercayai informasi yang tak jelas asal muasalnya.
3.Suarakan pentingnya Pendidikan Kespro melalui social media
Kini, kita bisa bebas berekspresi dan berkomunikasi tanpa halangan apapun. Tak harus susah payah dan teriak sana sini dengan pengeras suara untuk menyuarakan isu ini. Kalian cukup gunakan media social kalian sebagai strategi untuk mengkampanyekan pentingnya Pendidikan kespro dan melawan stigma negative yang berhubungan dengan itu. Kalian bisa buat konten baik berupa video, tulisan ataupun gambar terkait kespro dan menguploadnya ke berbagai media social seperti Instagram, Tik Tok, Twitter dan Facebook. Kalo memang belum bisa buat kontennya, setidaknya kalian bisa like dan share ke teman kalian dengan menge-tag teman kalian di kolom komentar atau juga bisa lewat Instagram story kalian.
Mungkin itu sedikit tips agar stigma terkait menstruasi tak banyak beredar dan bisa hilang sedikit demi sedikit, karena menstruasi bukan hal tabu dan memalukan tapi sangat wajar dan normal bagi perempuan.
Sumber :
CNN Indonesia, Merah ‘Period’, Warna Baru Lawan Tabu dan Stigma Menstruasi
Assembly Malala, Dua remaja Indonesia berdiskusi tentang mengapa Indonesia butuh pendidikan Kesehatan menstruasi yang lebih baik
https://assembly.malala.org/stories/menstrual-health-education-in-indonesia-bahasa-indonesia
Wilopo, Siswanto Agus dkk. 2020. Kesehatan Remaja Awal di Kota Semarang: Temuan dari GEAS-Indonesia Baseline 2019. Yogyakarta: Center for Reproductive Health, UGM Faculty of Medicine, Public Health and Nursing.