Sahabat PILAR, memilih kandungan zat yang terkandung dalam sebuah makanan itu baik loh. Namun, terkadang sering berlebihan nih, misal ketika mau makan nasi terus mikir kalau nasi itu terlalu banyak karbohidrat, dan bisa bikin gendut, atau ketika mau makan ayam goreng keinget tuh sama lemak-lemak di minyak selama proses penggorengan. Akhirnya, makanan yang masuk ke tubuh jadi sedikit dan kandungannya itu-itu aja karena takut kalau kandungan di makanan bisa menjadikan bentuk tubuh nggak bagus. Bentuk tubuh memiliki arti yang beragam pada setiap individu, berbagai citra ‘proporsional’ sering banget wara-wiri di media dan mempengaruhi seseorang dalam memandang tubuhnya. Tidak terkecuali remaja, mereka menginginkan tubuh langsing, pinggul dan pinggang kecil serta tungkai yang ramping. Lalu, simsalabim! Saat pubertas perubahan yang dialami oleh remaja tidak sesuai dengan harapan, Sahabat PILAR mengalami juga? Bisa jadi semua orang pernah mengalaminya yah, terlihat dari hasil temuan Global Early Adolescent Study (GEAS) di Kota Semarang tahun 2018-2019 sebanyak 97,9% remaja tidak memiliki penerimaan diri yang positif. Dampaknya beberapa remaja mulai melakukan upaya untuk memiliki badan ideal, salah satunya adalah makan dengan porsi tidak wajar. Padahal, sebagai remaja tentunya kita harus mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang yang meliputi karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan serat agar kebutuhan nutrisi tubuh terpenuhi dan memaksimalkan masa pertumbuhan.
Kecemasan atau kekhawatiran remaja terhadap perubahan tubuh bisa berujung pada eating disorder. Eating disorder atau gangguan makan ini nggak sesimpel namanya, Sahabat PILAR. Gangguan makan yang dimaksud disini adalah serangkaian kondisi psikologis yang menyebabkan berkembangnya kebiasaan makan yang tidak sehat. Gangguan makan ini menimbulkan perilaku dimana penderita mengonsumsi terlalu sedikit atau terlalu banyak makanan dan terobsesi pada berat badan atau bentuk tubuhnya. Beberapa dampak negatif seperti gangguan pada kesehatan, emosi dan kemampuan untuk berfungsi dalam sehari-hari menjadi hal yang berkaitan erat dengan eating disorder ini . Biasanya, gangguan makan ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti genetik, biologis dan psikologis. gangguan makan diklasifikasikan menjadi beberapa jenis seperti:
- Anoreksia Nervosa
Gangguan makan dimana orang tersebut takut berat badanya bertambah menjadi gemuk, yang dapat menyebabkan dirinya menjadi kurus. Bahkan, orang yang sudah kurus pun juga nggak menutup kemungkinan nih kena anoreksia nervosa. Tindakan yang dilakukan macam-macam, Sahabat PILAR. Ada yang makan dengan porsi sangat sedikit, ada yang habis makan dimuntahin, kalo nggak kepengen muntah kadang sampai jarinya dimasukin mulut biar kepengen muntah dan keluar semua makanannya. Sampai pada titik ekstrimnya orang dengan gangguan makanan ini mengonsumsi obat penekan nafsu makan. Jangan ditiru yah, Sahabat PILAR. Nutrisi nggak terpenuhi, badan jadi nggak sehat dong. Efek samping lainnya dari anoreksia ini bisa juga mengakibatkan cepat lelah sampai amenore (berhentinya menstruasi untuk waktu yang cukup lama), bisa mempengaruhi pertumbuhan rambut dan tulang bahkan bisa menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani oleh tenaga profesional.
- Bulimia Nervosa
Gangguan makan yang berlebihan, penderitanya punya keinginan untuk makan yang sangat besar dan memakan banyak makanan dalam jangka waktu tertentu. Keinginan makannya bisa ke semua makanan nih. Namun, ada juga penderita yang nafsu makannya hanya ke makanan yang selama ini dihindari. Tetapi, setelah itu muncul rasa bersalah, rendah diri dan akhirnya BOOM! Penderita akan memaksakan diri untuk memuntahkan makanan yang telah di makan dengan memasukan jari tangannya ke dalam mulut atau minum obat pencahar. Perilaku seperti ini dapat merubah warna gigi karena terlalu sering muntah, pembengkakan kelenjar air liur, gagal ginjal, menganggu irama jantung sampai gagal jantung.
- Binge Eating Disorder (BED)
Gangguan ini lumayan mirip sama bulimia, karena penderitanya memiliki kesamaan dalam hal dorongan nafsu makan yang besar dalam jangka waktu tertentu. Bedanya, penderita BED hanya sebatas merasa bersalah dan rendah diri setelah makan, nggak sampai memuntahkan makanan. Namun, dibeberapa kasus BED ditemukan juga bulimia yang menjadi penyertanya. Karena porsi makan yang jadi lebih banyak, penderita BED ini lebih berisiko terkena obesitas, hipertensi hingga diabetes tipe 2. BED juga dapat menyebabkan gangguan pencernaan, seperti kembung dan sembelit, bahkan gangguan psikologis, seperti gangguan cemas dan depresi.
- Ortoreksia nervosa
Gangguan makan dimana orang tersebut terobsesi untuk hidup sehat, tidak untuk terlihat kurus akan tetapi agar terlihat sehat. Orang yang memiliki ortoreksia cenderung sangat terobsesi dengan kemurnian makanan berbeda dengan anoreksia dan bulimia yang cenderung fokus pada penurunan berat badan. Nah, obsesi ke makanan sehat ini diwujudkan dengan hanya memakan buah dan sayuran. Aduh padahal kan tubuh perlu asupan gizi seimbang dari daging dan telur juga. Betul nggak, Sahabat PILAR?
Oleh karena itu, penderita ortoreksia juga berisiko terkena malnutrisi karena asupan gizi kurang memadai hingga berpengaruh ke dunia sosialnya dimana penderita akan menilai rendah orang lain karena makanan yang dimakan oleh orang tersebut terlihat kurang bergizi.
Nah, gimana teman-teman ? kamu merasa mengalaminya ? eits, tunggu dulu, jangan self-diagnose ya, karena yang bisa mengidentifikasi gangguan makan yang terjadi di diri kita ini hanya orang-orang yang memang sudah ahli seperti psikolog atau psikiater.
Ada pepatah pernah bilang nih kalau mencegah kan ya daripada mengobati, PILAR juga punya tips nih buat ayah, ibu yang punya anak remaja atau orang-orang yang ada di sekitar remaja buat mencegah gangguan makan pada remaja. Kenapa remaja? Karena remaja dengan segala perubahan tubuh dan emosinya cenderung lebih berisiko terkena gangguan makan.
Menurut dr Damar Upahita (2021) dalam Hello sehat mengatakan bahwa langkah yang dapat dilakukan orang tua untuk mengantisipasi self diagnosis pada remaja yang memiliki gejala eating disorder, sebagai berikut :
- Mendorong kebiasaan makan sehat
- Memberi pemahaman mengenai fenomena body goals dan kenyamanan diri
- Memberi gambaran body image
- Tingkatkan kepercayaan dirinya
- Memberi pemahaman terkait bahaya diet berlebihan
Tapi, buat kalian yang sulit melakukan upaya tersebut alangkah baiknya jika konsultasi kepada ahli profesional seperti psikolog maupun psikiater untuk menanganinya.
Sumber:
- Alodokter (2019) Binge Eating Disorder: Tanda-Tanda, Penyebab, dan Penanganan.
- Halodoc (2021) Bulimia . https://www.halodoc.com/kesehatan/bulimia
- Halodoc (2020) Punya Obsesi Makan Sehat, Waspadai Bahaya Ortoreksia Nervosa.
- Halodoc (2019) Terobsesi Makanan Sehat, Waspada Gejala Ortoreksia.
- Hellosehat (2021) Eating Disorder (Gangguan Makan).
- UGM Center for Reproductive Health (2020) Kesehatan Remaja Awal di Kota Semarang: Temuan dari GEAS-Indonesia. Yogyakarta:
- Petre Alina. Healthline (2019) 6 Common Types of Eating Disorders (and Their Symptoms). https://www.healthline.com/nutrition/common-eating-disorders
Penulis : Anis Safitri
Editor : Syifa Ayyada Jannati dan Nikita Azalea